Seumur-umur saya belum pernah liat yang kaya gini. Anak-anak harus berjuang ngelawan maut cuma untuk bisa belajar di Sekolah. Seperti yang dilakukan Anak-anak Desa Genguan di China. Setiap hari mereka harus merayap di pinggir-pinggir tebing & masuk ke dalam gua. Tebing yang curam di tambah jalan setapak yang hampir ga keliatan menambah besar resiko yang mereka ambil. Selain mereka, masih banyak lagi anak-anak dari negara lain yang menantang maut untuk bisa pergi ke Sekolah.
Berikut potret kehidupan mereka :
Desa Genguan di China
Di Sumatra, Indonesia
Desa Sanghiang Tanjung, Indonesia
Anak-anak menyebrangi jembatan yang sudah rusak demi bisa sampi ke Sekolah tujuan masing. Untungnya pada Januari 2012 PT Krakatau Steel and beberapa lainnya membangun jembatan baru untuk menggantikan jembatan yang sudah rusak tersebut.
Desa Suro and Desa Plempungan, Pulau Jawa, Indonesia.
Entah jembatan ini dibuat seperti ini atau memang jembatan ini tidak digunakan untuk menyebrang seperti yang tampak di gambar. Mereka terpaksa melewatinya bila tidak ingin berjalan sepanjang kaki 6km.
Desa Remote di Provinsi Rizal ,Manila, Filipina
Anak-anak ini memanfaatkan ban dalam bekas untuk bisa mengantarnya ke Sekolah tujuan. Satu ban merekan manfaatnya untuk 2 orang atau lebih. kalo aliran sungai sedang deras, sudah bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan anak-anak ini.
Vietnam
Kalo di Manila anak-anak menyebrangi sungai menggunakan ban dalam bekas, lain dengan Vietnam, anak-anak berenang tanpa bantuan apapun, hanya mengandalkan diri sendiri. Agar tidak basah, alat tulis dan buku mereka masukkan ke dalam plastik besar dan diikat dengan membetuk gelembung.
Nepal
Apakah keliatan dari ketiga pelajar ini menikmati perjalanannya? sama sekali tidak.
Mereka menggunakan jembatan buatan yang terbuat dari papan sebagai tempat duduk, tali juga katrol tak ketinggalan untuk bisa membawa tubuh mereka menyebrangi sungai.
Columbia
Di kolombia, anak kecil ini bukan lagi main flying fox yang tanpa pengaman. dia ingin berangkat ke Sekolah. Panjang kabel/tali yang harus dia terjuni sepanjang 800 meter dengan tinggi 400 meter kebawah dan tanpa pengaman yang menjamin keselamatannya. Kengeriannya melewati tambang tersebut keliatan dari raut mukanya. Seolah anak kecil ini bicara "saya takut".
Kembali ke Negara Cina
Apa yang digambarkan ini bukannlah sekumpulan pelajar SD yang ingin menikmati pemandangan alam, mereka hanya ingin pergi ke Sekolah. Sekitar 80 anak Sekolah yang tinggal di asrama di Pili harus melakukan perjalan sepanjang 125 mil yang melewati gunung Xinjiang di akhir masa tugas mereka. Mereka juga harus melewati 4 sungai es, menyeberangi jembatan rantai sepanjang 650 kaki dan empat jembatan papan tunggal. Perjalanan mereka memakan waktu dua hari untuk menyelesaikannya.
Apa yang lebih parah dari ini?
Shuafat, near Jerusalem
Dan yang terakhir yang sangat mengharukan. Gadis kecil dengan tas dipunggungnya bukan berisi amunisi, atau bom ingin melakukan percobaan bunuh diri. Dia gadis kecil yang membawa buku dan alat tulis lainnya untuk pergi ke Sekolah. Seolah anak ini memaklumi keadaan negaranya yang sedang berperang antara Israel dan Palestina.
Huufftt, Semoga mereka iklas menjalaninya, sampai diturunkannya malaikat-malaikat baik berwujud manusia. Yang akan mempermudah jalan mereka untuk bergi menuntut ilmu. T_T
Sampai jumpa di potret kehidupan anak-anak kecil yang lainnya.
Sumber : http://www.amusingplanet.com/2013/03/kids-risking-their-lives-to-reach-school.html